Video

Sabtu, 30 Oktober 2010

Urap bulung-Khas Bali




Urap 'Bulung'
Urap 'Bulung''



Sudah pernah merasakan uniknya makanan khas Bali ini di lidah Anda?
Bagi sebagian besar lidah masyarakat di luar Bali, pasti makanan ini berukuran ‘sangat amis’. Ya.. ‘bulung’ adalah bahasa bali untuk rumput laut. Berbeda dengan rumput laut agak berlendir yang sering dibuat es, rumput laut yang dibuat masakan urap ini tidak berlendir dan helainya lebih kecil dan lebih keras. Sekilas seperti ‘ekor tauge’.
Di Bali, rumput laut banyak dibudidayakan oleh penduduk asli Kelurahan Serangan, Denpasar. Dulu, Serangan adalah pulau yang terpisah dengan pulau Bali. Untuk sampai ke Pulau Serangan harus naik perahu. Tetapi kini semakin mudah dijangkau sejak adanya reklamasi sekitar 379 hektar di beberapa sisinya sehingga menyatu dengan pulau Bali. Dan sekarang Desa Serangan dijadikan sebagai salah satu desa wisata di Pulau Bali.
Di salah satu sudut Pasar Badung kota Denpasar, ‘urap bulung’ dijual bersamaan dengan ‘rujak gula pindang’. Rumput lautnya juga dibeli dari Desa Serangan.  Warna rumput lautnya putih dan hijau. Semula rumput laut berwarna kehitaman. Setelah dijemur berulang-ulang sampai sekitar 5 hari barulah warnyanya berubah menjadi putih kemudian dikeringkan. Kalau menginginkan warna hijau maka rumput laut yang berwarna kehitaman tadi direndam dengan kapur sirih selama 20 menit sampai berubah warna.
Proses pembuatannya pun sederhana meski cukup memakan waktu lama.
1. Rumput laut yang kering direndam sampai mengembang selama 3 jam;
kemudian dimasukkan ke dalam air mendidih sekitar 10 menit supaya matang. Setelah itu diamkan sampai dingin.
2. Parutan kelapa yang sudah dibakar terlebih dahulu.
3. Kuah rebusan ikan laut (biasanya ikan pindang).
Setelah ketiga bahan itu siap, baru disiapkan bumbu-bumbunya. Lombok (cabe) kecil; Terasi; Garam; Lemo (jeruk purut); lengkuas (diparut)
dan penyedap rasa secukupnya.
Bumbu-bumbu tersebut diulek kemudian dicampur dengan parutan kelapa dan lengkuas. Setelah itu baru dicampur dengan rumput laut yang sudah matang dan diadonkan jadi satu.
Nah… ‘bulung’ siap dimakan. Mudah bukan?
Kalau belum pernah mencoba sebaiknya beli sedikit dulu, minta dibungkus dan dimakan di rumah karena kemungkinan tidak langsung suka.
Perkenalan saya dengan makanan ini bermula ketika saya ingin membeli rujak buah kesukaan saya. Karena penasaran, saya membeli seporsi ‘bulung’ seharga Rp 2000,-. Dibungkus dan saya bawa pulang. Aroma asing langsung terasa saat bungkusan saya buka. Suapan pertama pun terasa sangat aneh di lidah. Tapi sekaligus saaaaaaaaangat ‘eksotik’. Perpaduan rasa antara rumput laut, kuah pindang, kelapa bakar dan bumbu-bumbunya memberi rasa yang ‘beda’!.  Setelah suapan pertama itu, saya memutuskan untuk tidak langsung melanjutkan ke suapan kedua karena benar2 ingin merasakan ‘beda’nya. Sekitar  5 menit kemudian saya baru melanjutkan ke suapan-suapan berikutnya dan…. habis tak bersisa.
Sekarang setelah beberapa hari tidak membeli ‘bulung’, saya rindu sekali akan rasa ‘eksotis’nya. Suatu saat kalau berlibur ke Bali, Anda harus mencobanya juga.





'bulung'  
  BY NURUL S.
SELAMAT MENCOBA.......
Add to Cart

0 komentar:

Posting Komentar